Selasa, 26 Juni 2012

Cara Mencegah Penyakit ASMA Kambuh


Penyakit Asma

Asma adalah suatu  keadaan dimana saluran napa mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan  tertentu.

Ø  Penyebab  Asma
Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti meski telah banyak penelitian oleh para ahli. Teori atau hypotesis mengenai penyebab seseorang mengidap asma belum disepakati oleh para ahli didunia kesehatan.
Namun demikian yang dapat disimpulkan adalah bahwa pada penderita asma saluran pernapasannya memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas) seperti polusi udara (asap, debu, zat kimia), serbuk sari, udara dingin, makanan, hewan berbulu, tekanan jiwa, bau/aroma menyengat (misalnya;parfum) dan olahraga.

Ø  Cara Mencegah Asma Kambuh
Upaya yang dilakukan untuk menghindari dan mencegah penyakit asma kambuh;
 
o   Apabila punya korden atau tirai lebih baik dicuci setiap 2 minggu sekali, hal ini untuk mengurangi debu yang menempel ditirai tersebut.
o   Jangan menggunakan obat nyamuk bakar untuk mengusir nyamuk, karena asapnya bisa menimbulkan kambuhnya asma.
o   Apabila menggunakan bantal kapuk, lebih baik dibungkus dengan bahan plastik sehingga debu kapuk tidak terhirup oleh penderita.
o   Diusahakan lantai rumah dibersikan setiap hari.
o   Mengurangi jumlah buku, majalah dan kertas-kertas didalam kamar tidur.
o   Menghindari untuk menggunakan AC dan kipas angin secara berlebihan
o   Jangan memelihara hewan yang mempunyai bulu lebat, misalnya : kucing, anjing, kelinci dll. Jika memang mau memelihara hewan tersebut lebih baik diletakkan di luar rumah.
o   Gunakanlah penyedot debu untuk membersihkan ruangan kamar.
o   Lebih baik lemari pakaian dikeluarkan dari kamar. Kemudian pakaian sebaiknya dicuci 2 minggu sekali meskipun ada dilemari. Kalau tidak mau mencuci, lebih baik baju dibungkus dengan plastik.
o   Berolah raga dengan teratur, tapi tidak berlebihan karena kalau olah raga berlebihan bisa menyebabkan kelelahan yang bisa menyebabkan kambuhnya asma.

Sabtu, 23 Juni 2012

Komunikasi Terapeutik


Komunikasi Terapeutik

Pengantar
Komunikasi, menciptakan hubungan antara bidan dengan pasien untuk mengenal kebutuhan dan menentukan rencana tindakan.Kemampuan komunikasi tidak terlepas dari tingkah laku yang melibatkan aktifitas fisik, mental dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pengalaman, usia, pendidikan dan tujuan.

I.            Pengertian Komunikasi Terapeutik
  • Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yg direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.
  • Northouse (1998: 12), komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan bidan untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
  • Stuart G.W. (1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara bidan dengan pasien, dalam hubungan ini bidan dan pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien.

II.            Tujuan Komunikasi Terapeutik
  1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran.
  2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
  3. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Menurut Stuart, tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien, yaitu sebagai berikut :
1) Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat pada diri sendiri.
2) Identitas diri yang jelas dan integritas diri yang tinggi.
3) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai.
4) Peningkatan fungsi dan kemampuan yang memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.

III.            Manfaat Komunikasi Terapeutik
  1. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara bidan-pasien.
  2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan bidan.
  3. Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
  4. Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.

IV.            Ciri Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Terjadi antara bidan dengan pasien,
2) Mempunyai hubungan akrab dan mempunyai tujuan,
3) Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan,
4) Bidan dengan aktif, mendengarkan dan memberikan respon pada pasien.

V.            Unsur Komunikasi Terapeutik
Adapun komunikasi terapeutik mempunyai unsur sebagai berikut :
1) Ada sumber proses komunikasi;
2) Pesan disampaikan dengan penyandian balik (verbal & non verbal);
3) Ada penerima;
4) Lingkungan saat komunikasi berlangsung.

VI.            Prinsip Komunikasi Terapeutik (Menurut Carl Rogers)
  1. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus mengenal dirinya sendiri,
  2. Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai,
  3. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut pasien,
  4. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien,
  5. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut,
  6. Bidan sebagai tenaga kesehatan menciptakan suasana agar pasien punya motivasi mengubah diri,
  7. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menguasai perasaannya sendiri,
  8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten,
  9. Bidan harus paham akan arti empati,
  10. Bidan harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka,
  11. Bidan harus dapat berperan sebagai role model,
  12. Mampu mengekspresikan perasaan,
  13. Altruisme (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain,
  14. Berpegang pada etika,
  15. Tanggung jawab

VII.            Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
1.      Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a.       Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
b.      Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
c.       Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d.      Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
e.       Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
f.       Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
2.      Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
a.       Lengkap
b.      Ringkas
c.       Pertimbangan
d.      Konkrit
e.       Jelas
f.       Sopan
g.      Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
a.       Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b.      Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
c.       Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
d.      aminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e.       Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
a.       Adanya dokumen tertulis
b.      Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
c.       Dapat meyampaikan ide yang rumit
d.      Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
e.       menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
f.       Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
g.      Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
Kerugian Komunikasi tertulis adalah:
a.       Memakan waktu lama untuk membuatnya
b.      Memakan biaya yang mahal
c.       Komunikasi tertulis cenderung lebih formal
d.      apat menimbulkan masalah karena salah penafsiran
e.       Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
f.       Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
g.      Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.
3.      Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
a.       Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
b.      Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
c.        Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
d.      Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
e.       Artifak
Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.
f.       Logo dan Warna
Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
g.      Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).


VIII.            Faktor Penghambat Komunikasi Teurapetik
Komunikasi terapeutik dapat mengalami hambatan diantaranya :
1) Pemahaman berbeda;
2) Penafsiran berbeda;
3) Komunikasi yang terjadi satu arah;
4) Kepentingan berbeda;
5) Pemberian jaminan yang tidak mungkin;
6) Bicara hal-hal yang pribadi;
7) Menuntut bukti, penjelasan dan tantangan;
8 ) Mengalihkan topik pembicaran;
9) Memberikan kritik mengenai perasaan pasien;
10) Terlalu banyak bicara;
11) Memperlihatkan sifat jemu dan pesimis.

IX.            Komunikasi Teurapetik dalam Keperawatan
Komunikasi terapeutik dalam keperawatan meliputi :
1.      Pengkajian
Menentukan kemampuan dalam proses informasi; mengevaluasi data tentang status mental pasien; mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi; mengobservasi kejadian yang terjadi; mengidentifikasi perkembangan pasien; menentukan sikap pasien; mengkaji tingkat kecemasan pasien.
2.      Rencana tujuan
Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri; membantu pasien menerima pengalaman; meningkatkan harga diri pasien; memberi support; tenaga kesehatan dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara terbuka.


3.      Implementasi
Memperkenalkan diri pada pasien; memulai interaksi dengan pasien; membantu pasien mendapatkan gambaran pengalamannya; menganjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan; menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
4.      Evaluasi
Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan; komunikasi menjadi lebih jelas, terbuka, dan terfokus pada masalah; membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan.

X.            Teknik Menjalin Hubungan dengan Klien
Syarat dasar komunikasi menjadi efektif (Stuart, 1998) adalah :
1) Komunikasi ditujukan untuk menjaga  harga diri pemberi dan penerima pesan.
2) Komunikasi dilakukan dengan saling pengertian sebelum memberi saran, informasi dan  masukan.

Tahap Interaksi dengan Pasien
  1. Pre interaksi
Adalah masa persiapan sebelum mengevaluasi dan berkomunikasi dengan pasien. Pada masa ini bidan perlu membuat rencana interaksi dengan pasien yaitu : melakukan evaluasi diri, menetapkan tahapan hubungan/ interaksi, merencanakan interaksi.
  1. Perkenalan
    Adalah kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu. Hal yang perlu dilakukan bidan adalah : memberi salam; memperkenalkan diri; menanyakan nama pasien; menyepakati pertemuan (kontrak); melengkapi kontrak; menyepakati masalah pasien; mengakhiri perkenalan.
  2. Orientasi
    Fase ini dilakukan pada awal setiap pertemuan kedua dst. Tujuan : memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien dan mengevaluasi hasil tindakan yg lalu. Hal yang harus diperhatikan : memberi salam; memvalidasi keadaan psien; mengingatkan kontrak.
  3. Fase kerja
Merupakan inti hubungan bidan-klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan  pasien tentang diri, perasaan, pikiran dan perilakunya (tujuan kognitif).
2) Mengembangkan, mempertahankan,dan meningkatkan kemampuan pasien secara mandiri  menyelesaikan masalah yang dihadapi (tujuan  afektif & psikologi).
3)   Melaksanakan terapi/ klinis keperawatan.
4)   Melaksanakan pendidikan kesehatan.
5)   Melaksanakan kolaborasi.
6)   Melaksanakan observasi dan pemantauan.
  1. Fase terminasi
Merupakan akhir dari setiap pertemuan bidan dengan pasien. Klasifikasi terminasi :
1) Terminasi sementara : akhir dari tiap  pertemuan bidan dengan pasien; terdiri dari tahap evaluasi hasil, tahap tindak lanjut dan tahap untuk kontrak yang akan datang.
2)  Terminasi akhir : terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit atau bidan selesai praktik. Isi percakapan antara bidan dengan pasien meliputi tahap evaluasi hasil, isi percakapan tindak lanjut dan tahap eksplorasi perasaan.

Langkah-langkah teknik menjalin hubungan dengan klien adalah sebagai berikut :
1.      Mendengar dengan penuh perhatian
Usaha bidan mengerti pasien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan pasien. Sikap bidan : pandangan ke pasien, tidak menyilangkan kaki dan tangan, menghindari gerakan yang tidak perlu, tubuh condong ke arah pasien.
2.      Menunjukkan penerimaan
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Sikap bidan : mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal.
3.      Menanyakan pertanyaan yg berkaitan
Tujuan : mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah yang disampaikan pasien.
4.      Mengulang ucapan pasien dengan kata-kata
Pemberian feedback dilakukan setelah bidan melakukan pengulangan kembali kata kata pasien.
5.      Mengklarifikasi
Tujuan : untuk menyamakan pengertian.

6.      Memfokuskan
Untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan lebih spesifik dan dimengerti.
7.      Menyatakan hasil observasi
Bidan memberikan umpan balik pada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga pasien dapat menguraikan apakah pesannya diterima atau tidak.
8.      Menawarkan informasi
Memberi tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk pasien.
9.      Diam
Memberikan kesempatan pada bidan untuk mengorganisasikan pikiran dan memproses informasi.
10.  Meringkas
Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Manfaat : membantu, mengingat topik yang telah dibahas sebelum melanjutkan pembicaraan.
11.  Memberikan penghargaan
Teknik ini tidak digunakan untuk menyatakan hal yang baik dan buruk.
12.  Menawarkan diri
Menyediakan diri Anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
13.  Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tujuan :
1) Memberi kesempatan pasien untuk mengarahkan seluruh pembicaraan, menafsirkan diskusi, bidan mengikuti apa yg sedang dibicarakan selanjutnya.
2)   Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan.
3)  Menguraikan kejadian secara teratur akan membantu bidan dan pasien untuk melihat dalam suatu perspektif.
4)   Menemukan pola kesukaran interpersonal klien.
14.  Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsi
Bidan harus dapat melihat segala sesuatu dari perpektif  pasien.
15.  Perenungan
Memberikan kesempatan untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1.      Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2.      Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3.      Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

Fase – fase dalam komunikasi terapeutik
1.      Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.
2.      Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
3.      Penyelesaian (Termination)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).